Jumat, 14 November 2014

asuhan kebidanan pada bayi dengan diare tanpa dehidrasi



ASUHAN KEBIDANAN
Pada By “A” Usia 1 Bulan dengan Diare tanpa Dehidrasi
Di Bps An-Nur Trigonco-Asembagus


Oleh:
Sely Nurhidayat
2012.5.114.031

Pembimbing:
Fauzah, Ch.I, S.ST




AKADEMI KEBIDANAN IBRAHIMY
SUKOREJO SITUBONDO
2014-2015



KATA PENGANTAR


Dengan mengucap Puji Syukur kehadirat tuhan yang maha kuasa kami dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan “Pada Bayi M” usia 1 bulan  dengan diare tanpa dehidrasi ini dengan baik tanpa hambatan.
 Kami  mengucapkan terimakasih banyak kepada para pembimbing dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini atas semua bantuan, bimbingan, dan kemudahan yang telah diberikan kepada kami dalam menyelesaikan Asuhan Kebidanan ini .
Meskipun kami telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan Asuhan Kebidanan ini yang selanjutnya akan kami terima dengan tangan terbuka.

Situbondo, November  2014


Penyusun












DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
DAFTAR  ISI             ........................................................................................................ ii
BABI PENDAHULUAN................................................................................................... 1
1.1  Latar Belakang Masalah................................................................................................. 1
1.2   Tujuan                                                                                                                             2
BAB II TINJAUAN TEORI ............................................................................................ 3
2.1. Konsep Dasar Bayi ....................................................................................................... 3
2.1.1        Pengertian bayi............................................................................................. 3
2.1.2        Tumbuh kembang bayi.................................................................................. 3
2.2.  Konsep dasar diare ...................................................................................................... 7
2.2.1   pengertian diare ............................................................................................. 7
2.2.2  etiologi ........................................................................................................... 7
2.2.3  gejala klinis ..................................................................................................... 8
2.2.4  komplikasi ...................................................................................................... 9
2.3.Tinjauan Manajemen Varney.......................................................................................... 9
BAB III TINJAUAN KASUS.......................................................................................... 14
BAB IVPENUTUP ........................................................................................................... 22
1.      Kesimpulan                                                                                                                     22
2.      Saran                                                                                                                               22


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Di Indonesia angka kematian bayi dan ibu melahirkan masih tergolong tinggi yaitu mencapai 194/100.000 kelahiran hidup untuk angka kematian bayi pada tahun 1997. penelitian telah menunjukkan bahwa lebih dari 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup, kematian. Misalnya sebagai akibat hipotermi pada bayi baru lahir dapat terjadi cold stress yang selanjutnya dapat terjadi hipoksemia atau hipoglikemia dan mengakibatkan kerusakan otak. Akibat selanjutnya adalah perdarahan otak, syok, beberapa bagian tubuh mengeras dan keterlambatan tumbuh kembang. Contoh lain misalnya kurang baiknya pembersihan jalan nafas waktu lahir dapat menyebabkan masuknya cairan lambung kedalam paru-paru yang mengakibatkan kesulitan pernafasan, kekurangan zat asam, dan apabila hal ini berlangsung terlalu lama dapat menimbulkan perdaraha otak, kerusakan otak dan kemudian keterlambatan tumbuh kembang.
Ditinjau dari perkembangan dan pertumbuhan bayi periode neonatal merupakan periode yang paling kritis. Pencegahan asfiksia, menjaga suhu tubuh bayi, terutama pada bayi dengan berat badan lahir rendah, pemberian air susu ibu (ASI) dalam rangka menurunkan angka kematian oleh karena diare. Pencegahan terhadap infeksi, pemantauan kenaikan berat badan dan stimulasi psikologis merupakan tugas pokok bagi pemantau kesehatan bayi dan anak. Neonatus pada minggu pertama oleh kondisi ibu waktu hamil dan melahirkan.
1.2  Tujuan
a.       Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melakukan asuhan kebidanan pada bayi menggunakan 7 langkah manajemen varney dan melakukan pendokumentasian secara komprehensif.
b.       Tujuan Khusus
1.      Mahasiswa dapat melakukan pengkajian data baik data subjektif maupun data objektif pada bayi
2.      Mahasiswa dapat menginterprestasikan data untuk menentukan diagnose kebidanan dan masalah pada bayi
3.      Mahasiswa dapat menentukan diagnose potensial berdasarkan interpestasi data
4.      Mahasiswa dapat melakukan tindakan segera sesuai kondisi pada bayi
5.      Mahasiswa mampu melakukan tindakan yang telah direncanakan
6.      Mahasiswa dapat mengevaluasi asuhan kebidanan setelah melakukan  tindakan  yang dilakukan dari awal sampai akhir pada bayi















BAB 2
TINJAUAN TEORI


2.1    Konsep Dasar Bayi
2.1.1        Pengertian bayi
Bayi merupakan individu yang berusia 0-12 bulan yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan yang cepat disertai dengan perubahan dalam kebutuhan zat gizi (Wong, 2003).
2.1.2        Tumbuh kembang bayi
a.       Perkembangan kognitif
1.      Fase sensorimotor bayi
terdapat tiga peristiwa yang terjadi selama fase ini yang melibatkan antara lain;
a) perpisahan yaitu bayi belajar memisahkan dirinya sendiri dari benda lain di dalam lingkungan
b) penerimaan konsep keberadaan objek atau penyadaran bahwa benda yang tidak lagi ada dalam area penglihatan sesungguhnya masih ada. Misalnya ketika bayi mampu mendapatkan benda yang diperhatikannya telahdisembunyikan di bawah bantal atau di belakang kursi.
c) kemampuan untuk menggunakan simbol dan representasi mental. Dalam hal ini fase sensorimotor terdiri atas 4 tahap yaitu: 1) Tahap pertama dari lahir sampai 1 bulan diidentifikasi dengan penggunaan refleks bayi. Pada saat lahir, individualitas dan temperamen bayi diekspresikan dengan refleks fisiologis menghisap,  rooting,menggenggam dan menangis. 2) Tahap Kedua reaksi sirkulasi primer. Menandai permulaan penggantian perilaku refleksif dengan tindakan volunteer.Selama periode 1 bulan, aktifitas seperti menghisap dan menggenggam menjadi tindakan yang sadar yang menimbulkan respon tertentu.Permulaan akomodasi tampak jelas.Bayi menerima dan mengadaptasi reaksi mereka terhadap lingkungan dan mengenai stimulus yang menghasilkan respon. Sebelumnya bayi akan menangis sampai puting dimasukkan ke dalam mulut, sekarang mereka menghubungkan puting dengan suara orang tua. 3) Tahap Ketiga, reaksi sirkular sekunder adalah lanjutan dari reaksi sirkulasi primer dan berlangsung sampai usia bulan. Dari menggenggam dan memegang sekarang menjadi mengguncang dan menarik.Mengguncang digunakan untuk mendengar suara, tidak hanya sekedar kepuasan saja. Terjadi 3 proses perilaku pada bayi yaitu Imitasi, bermain dan afek yaitu manifestasi emosi atau perasann yang dikeluarkan. Selama 6 bulan bayi percaya bahwa benda hanya ada selama mereka dapat melihatnya secara visual. Keberadaan objek adalah komponen kritis dari kekuatan hubungan orang tua dan anak, terlihat dalam pembentukan ansietas terhadap orang asing pada usia 6 –8 bulan. 4) Tahap Keempat, koordinasi skema kedua dan penerapannya ke situasi baru. Bayi menggunakan pencapaian perilaku sebelumnya terutama sebagai dasar untuk menambah keterampilan intelektual dan keterampilan motorik sehingga memungkinkan eksplorasi lingkungan yang lebih besar.
                                     
b.      Perkembangan fisik
Perkembangan fisik pada bayi dikategorikan dalam beberapa usia antara lain yaitu dimana Usia 4 bulan bayi mulai mengences, refleks Moro, leher tonik dan rooting sudah hilang. Usia 5 bulan, adanya tanda pertumbuhan gigi, begitu juga dengan berat badan menjadi dua kali lipat dari berat badan lahir. Usia 6 bulan, kecepatan pertumbuhan mulai menurun, terjadi pertambahan berat badan 90 –150 mg perminggu selama enam bulan kemudian, pertambahan tinggi badan 1,25 cm per bulan selama enam bulan kemudian, mulai tumbuh gigi dengan munculnya dua gigi seri di sentral bawah serta bayi mulai dapat mengunyah dan menggigit. Di Usia 7 bulan, mulai tumbuh gigi seri di sentral atas serta memperlihatkan pola teratur dalam pola eliminasi urine dan feces di Usia 8 bulan ( Wong, 2008 ).

c.       Perkembangan motorik
Perkembangan motorik bayi dibedakan menjadi 2 bagian yaitu motorik kasar dan motorik halus. Dimana motorik kasar terdiri dari, kepala tidak terjuntai ketika ditarik keposisi duduk dan dapat menyeimbangkan kepala dengan baik, punggung kurang membulat, lengkung hanya di daerah lumbal, mampu duduk tegak bila ditegakkan, mampu menaikan kepala dan dada dari permukaan sampai sudut 90 derajat, melakukan posisi simetris yang dominan seperti berguling dari posisi telentang ke miring. Motorik halus bayi meliputi menginspeksi dan memainkan tangan, menarik pakaian dan selimut ke wajah untuk bermain, mencoba meraih benda dengan tangan namun terlalu jauh, bermain dengan kerincingan dan jari kaki, dapat membawa benda kemulut.Bayi mampu menggenggam benda dengan telapak tangan secara sadar, memegangi satu kubus sambil memperhatikan kubus lainnya. Di usia 8 bulan bayi sudah melakukan genggaman dengan cubitan menggunakan jari telunjuk, jari ke empat dan kelima, mempertahankan dua kubus dengan memperhatikan kubus ketiga, membawa benda dengan menarik pada tali dan berusaha untuk tetap meraih mainan yang diluar jangkauan ( Wong, 2008 ).

d.      Perkembangan bahasa
Komunikasi verbal bermakna bayi pertama kali adalah menangis, untuk mengekspresikan ketidaksenangannya, mengeluarkan suara yang parau, kecil dan nyaman selama pemberian makan, berteriak kuat untuk memperlihatkan kesenangan, “ berbicara” cukup banyak ketika di ajak bicara, jarang menangis selama periode terjaga, berteriak mengeluarkan suara mendekut dan bercampur huruf konsonan dan tertawa keras, mulai menirukan suara, menggumam menyerupai ucapan satu suku kata, vokalisasi kepada maianan dan bayangan di cermin, menikmati mendengarkan suaranya sendiri. Selanjutnya menghasilkan suara vocal dan merangkai suku kata, berbicara ketika orang lain berbicara, mendengarkan secara selektif kata –kata yang dikenal, mengucapkan tanda penekanan dan emosi serta menggabungkan suku kata sepertidada, namun tidak ada maksud di dalamnya.

e.       Perkembangan sosial
Perkembangan sosial bayi pada awalnya dipengaruhi oleh refleksinya, seperti menggenggam dan pada akhirnya bergantung terutama pada interaksi antara mereka dengan pemberian asuhan utama.Kelekatan kepada orang tua.Kelekatan orang tua dan anak yang dimulai sebelum kelahiran, sangat penting disaat kelahiran.Menangis dan perilaku refleksi adalah metode untuk memenuhi kebutuhan bayi dalam periode neonatal dan senyum social merupakan langkah awal dalam komunikasi social. Bermain juga menjadi agen sosialisasi utama dan memberikan stimulus yang diperlukan untuk belajar dan berinteraksi dengan lingkungan.

2.2    Konsep Dasar Diare

2.2.1   Pengertian diare
Diare adalah keadaan Frekuensi BAB lebih dari 4x pada bayi dan lebih dari 3x pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau dapat pula bercampur lendir dan darah. (Ngastyah, 2004 hal : 143)
Diare adalah Defekasi encer lebih dari 3x sehari dengan tanpa darah lendir dalam tinja. (Arif Mansjoer, 2006 hal : 470)
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi 1x lebih BAB dengan bentuk tinja yang encer atau cair (Suriadi, 2005 hal : 88)
 
2.2.2   Etiologi
Menurut Ngastyah hal 143 etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor infeksi yaitu :
a.    Faktor Infeksi
1.    Infeksi bakteri : Vibrio E. coli, Salmonella, Shigella, Campylo-bacter, Yersinia, Areromonas.
2.    Infeksi virus : Astovirus, Echoviruses, Adenovirus, Human retrovirus, pada agent, Rota virus, Entero virus, (virus echo, coxgacke, potiomyelitis ).
3.    Inspeksi parasit : cacing (ascaris, trichiuris, strongyloides), protozoa, (entamce, bahistolytica, giardia lambila, tricomonas hominis ), jamur (candida albicans).

b.    Faktor Malabsorbsi
1.    Malabsorbsi karbohidrat
Disakarida (intoleransi laktosa, mailosa, sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, galaktosa) pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa.
2.    Malabsorbsi lemak : LCT (Long Chain Trigliserida) atau diberikan trigliserida rantai menegah dapat terjadi pada keadaan :Lipase tidak ada / berkurang, mukosa usus halus (Vili) atrofi / rusak
c.    gangguan system limfe usus
Malabsorbsi Protein
Pada keadaan tubuh kekurangan protein sangat mudah mendapat infeksi, karena daya tahan tubuhnya rendah, sehingga terjadi adanya atrofi Vili usus yang menyebabkan penyerapannya terganggu dapat mengakibatkan diare.
d.    Faktor Makanan
- Makanan basi
- Makanan beracun
- Alergi terhadap makanan (susu, protein)
e.    Faktor Psikologi
- Rasa takut
- Rasa cemas
2.2.3   Gejala Klinis
a.    Sering BAB dengan konsistensi tinjau cair atau encer dan mungkin disertai lendir dan darah, dengan frekuensi pada neonatus lebih 4x sedangkan pada anak lebih 3x.
b.    Pasien cengeng dan gelisah.
c.    Biasanya suhu tubuh meningkat.
d.   Mual, muntah, anoreksia.
e.    Kadang anus dan daerah sekitarnya timbul lecet atau iritasi karena sering defikasi.
Keadaan umum pasien lemah kadang disertai adanya tanda-tanda dehidrasi.
2.2.4   Komplikasi
1.    Dehidrasi (ringan, sedang, berat).
Derajat dehidrasi
a. Dehidrasi ringan : Rasa haus, oliguria,mulut kering,rewel,mata cowong
b. Dehidrasi sedang : Tanda dehidrasi ringan, ubun-ubun cekung, turgor turun.
c. Dehidrasi berat : Tanda dehidrasi ringan dan sedang, bernapas dalam dan cepat, nadi cepat atau lemah, penurunan kesadaran,kehilangan nafsu makan dan rasa haus yang berlebihan.
2.    Syok hipovolemik.
- Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardi, perubahan dektrokardiogram).
- hipoglikemia.
- Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim lactase.
- Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik.
- Malnutrisi energi protein (akibat muntah, diare, jika lama atau kronik).

2.3     Tinjauan Manejemen Varney
Manajemen kebidanan adalah suatu pendekatan proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus pada klien (Varney, 1997). Menurut Helen Varney, proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah yang berurutan, yaitu :
2.3.1        Pengkajian Data
Pengkajian merupakan langkah mengumpulkan semua data yang akurat dan lengkap dari  semua  sumber yang berkaitan dengan kondisi klien secara keseluruhan. Bidan dapat melakukan pengkajian dengan efektif, maka harus menggunakan format pengkajian yang terstandar agar pertanyaan yang diajukan lebih terarah dan relevan. Pengkajian data dibagi menjadi:


a.       Data Subjektif
Data subjektif diperoleh dengan cara melakukan anamnesa. Anamnesa adalah pengkajian dalam rangka mendapatkan data pasien dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan, baik secara langsung pada pasien dalam hal ini ibu bayi maupun kepada keluarga pasien. Bagian penting dari anamnesa adalah data subjektif pasien bayi yang meliputi: biodata/identitas bayi  dan orang tua bayi,  alasan masuk dan keluhan, riwayat obstetri (riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu), riwayat kesehatan (kesehatan sekarang, kesehatan yang lalu, kesehatan keluarga), pola kebiasaan (pola makan dan minum, pola eliminasi, pola aktifitas dan istirahat, personal hygiene).
b.      Data Objektif
Data objektif dapat diperoleh melalui pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda–tanda vital; dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.
Pemeriksaan fisik meliputi: pemeriksaan keadaan umum pasien, kesadaran pasien, tanda vital, kepala, , telinga, mulut, hidung, leher, dada, abdomen; ekstremitas (ekstremitas atas dan bawah), genetalia, punggung, anus, refleks (Moro, Rooting, Sucking, Tonic neck, Graphs), dan kulit.
2.3.2        Interpretasi Data
Interpretasi data merupakan identifikasi terhadap diagnosa, masalah dan kebutuhan pada bayi baru lahir  berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Pada langkah ini mencakup :
a.       Menentukan keadaan normal.
b.      Membedakan antara ketidaknyamanan dan kemungkinan komplikasi
c.       Identifikasi tanda dan gejala kemungkinan komplikasi.
Interpretasi data meliputi : Diagnosa kebidanan dan Masalah.
Diagnosa yang ditegakkan oleh profesi (bidan) dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar Nomenklatur (tata nama) diagnosa kebidanan, yaitu :
1)      Diakui dan telah di di sahkan oleh profesi.
2)      Berhubungan langsung dengan praktisi kebidanan.
3)      Memiliki ciri khas kebidanan.
4)      Didukung oleh clinical judgement dalam praktik kebidanan.
5)      Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.
Masalah dirumuskan bila bidan bila menemukan kesenjangan yang terjadi pada respon bayi baru lahir. Masalah ini terjadi belum termasuk dalam rumusan diagnosis yang ada, tetapi masalah tersebut membutuhan penanganan bidan, maka masalah dirumuskan setelah diagnosa. Permasalahan yang muncul merupakan pernyataan dariibu bayi, ditunjang dengan data dasar baik subjektif maupun objektif.
2.3.3        Tindakan Antisipasi
Langkah ini merupakan langkah antisipasi, sehingga dalam melakukan asuhan kebidanan, bidan dituntut untuk mengantisipasi permasalahan yang akan timbul dari kondisi yang ada.
2.3.4        Tindakan Segera
Setelah merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa/masalah potensial pada langkah sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan segera yang harus dirumuskan untuk menyelamatkan bayi, tindakan segera ini dapat berupa secara mandiri, kolaborasi atau rujukan berdasarkan kondisi bayi baru lahir tersebut.
2.3.5        Perencanaan
Langkah ini ditentukan dari hasil kajian pada langkah sebelumnya. Jika ada informasi/data yang tidak lengkap bisa dilengkapi. Merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi yang sifatnya segera atau rutin. Rencana asuhan dibuat berdasarkan pertimbangan yang tepat, baik dari pengetahuan, teori yang up to date, dan divalidasikan dengan kebutuhan pasien. Penyusunan rencana asuhan sebaiknya melibatkan pasien. Sebelum pelaksanaan rencana asuhan, sebaiknya dilakukan kesepakatan antara bidan dan pasien ke dalam informed consent.
2.3.6        Pelaksanaan
Pelaksanaan dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau bersama–sama dengan klien atau anggota tim kesehatan. Bila tindakan dilakukan oleh dokter atau tim kesehatan lain, bidan tetap memegang tanggung jawab untuk mengarahkan kesinambungan asuhan berikutnya. Kaji ulang apakah semua rencana asuhan telah dilaksanakan.
2.3.7        Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang telah diberikan. Evaluasi didasarkan pada harapan pasien yang diidentifikasi saat merencanakan asuhan kebidanan. Untuk mengetahui keberhasilan asuhan, bidan mempunyai pertimbangan tertentu antara lain: tujuan asuhan kebidanan, efektifitas tindakan untuk mengatasi masalah, dan hasil asuhan kebidanan


















BAB 3
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN
PADA By  “A” USIA 1 BULAN DENGAN DIARE TANPA DEHIDRASI
DI BPS AN-NUR
TRIGONCO-ASEMBAGUS
A.    PENGKAJIAN
No register                        : -
Tgl. Pengkajian                 : 20-10-2014                               Jam   : 06.30 WIB
Tempat pengkajian            : BPS An-Nur
Oleh                                  : Sely Nurhidayat

A.    Data subyektif
1.      Identitas Bayi
Nama                    : By. “A”                    
Umur                    : 1 bulan
Jenis Kelamin       : laki-laki
Agama                  : Islam            
Suku/Bangsa        : Jawa/ Indonesia       
Alamat                 : gudang           
Biodata Orang tua
Nama ibu              : Ny “A”                      nama ayah       :Tn “P”
Umur                    :23 Tahun                    Umur               : 24 tahun
Agama                  : Islam                         Agama             : islam             
Suku/Bangsa        : madura/ Indonesia    suku/bangsa     :madura/indonesia
Pendidikan           : SMA                         pendidikan      : SMA
Pekerjaan              : IRT                            pekerjaan         : wiraswasta
Alamat                 :  gudang                    Alamat                        : gudang
                

                            
2.      Riwayat persalinan
a.       Jenis persalinan           : normal
b.      Ditolong oleh              : bidan
c.       Lama persalinan          : kala I    : 1 jam
  Kala II  : 30 menit
  Kala III : 5 menit
  Kala IV : 2 jam
d.      Ketuban pecah jam     : 19.30 wib
e.       Komplikasi persalinan : ibu    : tidak ada
   Bayi : tidak ada
3.      Keluhan utama
Ibu mengatakan bayinya sudah BAB 5x dengan konsistensi cair sejak 1 hari yang lalu
4.      Riwayat penyakit
a.       Factor genetik
Ibu mengatakan bahwa bayinya tidak memiliki riwayat penyakit dari factor genetic yaitu kelainan bawaan/ sindrom genetik
b.      Factor maternal
Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit dari factor maternal seperti penyakit menular (HIV/AIDS, TBC), penyakit menurun (hipertensi, DM), dan penyakit menahun (asma)
5.      Riwayat imunisasi
-Hb 0
-BCG
6.      Pola kebiasaan sehari-hari
a.    Pola nutrisi
Makan : -
Minum  : ASI 4x/hari, PASI 6x/hari
                           Minum terakhir : ASI 2x/hari, PASI 4x/hari
b.    Pola eliminasi
BAB : 2x/hari, BAB terakir : 5x/hari
BAk : 7x/hari, BAK terakhir : 7x/hari
c.    Pola istirahat
Siang : Tidur siang 2-3 jam, Tidur siang terakhir : 1 jam  
Malam : Tidur malam 9- 10jam, Tidur malam 7-8 jam
d.   Pola aktivitas
Ibu mengatakan anaknya bergerak dan setiap harinya bermain bersama kakak, dan kedua orang tua, Ibu mengatakan semenjak sakit anaknya rewel dan selalu minta digendong.
e.    Personal Hygiene
Sehari mandi 2x pagi dan sore, ganti baju setiap habis mandi dan celana setiap habis mandi dan bila basah/kotor, sehari terakhir saat sakit ibu mengatakan sehari diseka 2x pagi dan sore, ganti baju setiap habis diseka dan celana setiap habis diseka setiap kali BAB
B.     Data objektif
1.      Pemeriksaan fisik umum
k/u bayi     : baik
BB/PB lahir  : 3300 gr/ 50 cm      BB sekarang : 4300 gr                       
SOB         : 32 cm
FO            : 34 cm
MO           : 35 cm
TTV           : S: 37,0o C
                    N: 120x/menit
                    RR: 45x/menit
Tonus otot : baik
Warna kulit : kemerah-merahan
Keadaan mata : simetris, tidak cekung
2.      Pemeriksaan fisik khusus
a.       Inspeksi
Kepala dan rambut : Rambut hitam, kulit kepala bersih, tidak ada molase/penumpukan tulang tengkorak, tidak ada cekungan
Wajah       : Tidak edema, bersih, warna kemerah-merahan
Mata        : Simetris, tidak ada kotoran sklera tidak ikterik, conjungtiva merah muda.
Hidung    : Bentuk hidung normal, bersih tidak ada polip, tidak terlihat pernafasan cuping hidung
Telinga     : Simetris, tidak ada serumen, tidak ada lesi
Mulut       : Tidak terlihat labioskisis, tidak stomatitis, mukosa bibir lembab
Leher       : Tidak terlihat pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan vena jugularis.
Dada        : simetris, Bersih, tidak terdapat retraksi dinding dada.
Abdomen: bersih, tidak ada tanda-tanda infkeksi pada pusar
Genetalia : Bersih, penis berlubang, testis sudah turun
Anus        : Bersih dan terlihat lubang anus, anus lecet
Akstermitas : Atas        :Bentuk simetris tidak ada edema, jari-jari lengkap, pergerakan aktif
       Bawah     :Bentuk simetris, jari – jari lengkap tidak ada edema, pergerakan aktif

b.      Palpasi
Kepala       : tidak teraba benjolan                 
Leher          : Tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan vena jugularis.
Dada          : Tidak ada benjolan
Abdomen   : Tidak teraba adanya benjolan
c.       Auskultasi
Dada          : Terdengar bunyi jantung 1 dan 2 tidak terdengar suara wheezing dan ronchi.
Abdomen   : Terdengar bising usus cepat

3.      Pemeriksaan penunjang    
-
3.1  IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
Dx            : By “A”dengan usia 1 bulan dengan diare tanpa dehidrasi
Ds : -ibu mengatakan bayinya lahir tanggal 17-09-2014
       -ibu mengatakan bayinya BAB 5x dan bentuknya cair
      -ibu mengatakan memberikan sehari-hari PASI 6x/hari dan terakhir kali diberikan    PASI 4x/hari
Do:      KU                                   : baik
Kesadaran                                    : Compos mentis
TTV                      : N       : 120 x/menit
                              S         : 37,0 0C
                             RR       : 45 x/menit
BB/PB                              : 3300 gr/50 cm BB sekarang : 4300 gr
Turgor kulit kembali cepat
Pemeriksaan fisik: anus lecet
Terdapat kotoran BAB dengan konsistensi cair pada pakaian bawah bayi
Mata : tidak cekung
                                           

3.2     IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Diare dengan dehidrasi ringan

3.3     IDENTIFIKASI KEBUTUHAN  SEGERA/KOLABORASI
Kebutuhan : pemberian oalit, zink
Kolaborasi : tidak ada
Rujukan : tidak ada
3.4     INTERVENSI
Dx                                    : By. “A” usia 1 bulan dengan diare tanpa dehidrasi
Tujuan                  : Setelah dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh diharapkan keadaan bayi baik
Kriteria hasil         : K/U : Membaik
  TTV  dalam batas normal
Intervensi :
1.      Lakukan pendekatan terapeutik pada orang tua bayi
R/ agar tercipta rasa saling percaya antara orang tua dan petugas kesehatan
2.      Cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi
R/ mencegah terjadinya infeksi nosokomial
3.      Observasi TTV
R/ deteksi dini terjadinya komplikasi
4.      Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
R/ mengurangi kecemasan pada ibu
5.      Jelaskan kemungkinan penyebab diare pada bayinya
R/ mengetahui penyebab diare karena pemberian PASI
6.      Anjurkan ibu untuk memberikan ASI sesering mungkin
R/ nutrisi bayi terpenuhi dan untuk mengganti cairan yang hilang
7.      KIE tentang personal higiene
R/ menjaga kebersihan bayi dan terhindar dari infeksi
8.      KIE tentang tanda diare ringan dan berat
R/ mengetahi secara dini apabila terjadi diare kembali
9.      Berikan obat pada ibu
R/ mengatasi diare pada bayinya

3.5  IMPLEMENTASI

    tgl/jam
Penataksanaan
TTD
20-10-2014 / 06.35 WIB
1.      Melakukan pendekatan terapeautik pada keluarga dan menjelaskan tentang tindakan yang akan dilakukan
2.      Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial
3.      Melakukan observasi TTV
TTV: S: 37,0 0C  N: 120x/menit RR: 45 x/menit
4.      Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
K/u: baik,
kesadaran: composmentis
PB/BB lahir/BB sekarang:50 cm/ 3300 gr/ 4300 gr
SOB    : 32 cm
FO       : 34 cm
MO    : 35cm
Turgor kulit kembali cepat yang menandakan bahwa diare tanpa dehidrasi
5.      Memberitahu ibu kemungkinan penyebab diare pada bayinya dikarenakan pemberian PASI karena alat pencernaan pada bayi belum sempurna sehingga belum siap untuk menerima makanan atau minuman selain ASI
6.      Menganjurkan pada ibu untuk memberikan ASI sesering mungkin untuk mengganti cairan yang hilang
7.      Menjelaskan pada ibu untuk selalu menjaga personal hygiene pada bayinya yaitu membersihkan alat genetalia setiap selesai BAB dan BAK, jaga agar daerah genetalia tetap kering dan tidak lembab dengan mengganti popok setiap kali basah/kotor. Jangan memberikan bedak pada alat genetalia karena bisa menimbulkan iritasi.
8.      Memberi KIE tentang tanda diare dengan dehidrasi ringan dan berat
Tanda diare dengan diare ringan: berak cair 4-9 kali sehari, kadang muntah 1-2 kali sehari, kadang panas, haus, tidak mau makan, badan lesu lemas
Tanda diare dengan diare berat: bayi tampak lesu, lunglai, tidak sadar, mata sangat cekung dan kering, tidak ada air mata, bayi tidak mau minum atau tidak bisa minum
9.      Memberikan obat yaitu oralit, tablet zink (10 hari berturut-turut)


3.6  EVALUASI
Tanggal     : 2010 – 2014                                  Jam      : 06.45 WIB
Dx             : by ”A  usia 1 bulan dengan diare tanpa dehidrasi
 S                 : ibu mengatakan telah mengerti penyebab diare bayinya dan mau melakukan anjuran dari NAKES
O              : ibu menganggukkan kepala tanda mengerti dan mampu menjawab pertanyaan tentang anjuran untuk bayinya dari petugas kesehatan

 A              : By “Ausia 1 bulan dengan diare tanpa dehidrasi

 P               : - anjurkan ibu untuk memberikan ASI sesering mungkin dan hentikan PASI
  -KIE tentang personal hygiene bayinya
  - memberitahukan ibu untuk kunjungan ulang 3 hari lagi atau jika diare bayinya masih tidak berhenti
                   

                   
                 


                                                                                





BAB 4
PENUTUP

4.1  Kesimpulan
Bayi merupakan individu yang berusia 0-12 bulan yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan yang cepat disertai dengan perubahan dalam kebutuhan zat gizi, pada masa ini bayi melakukan adaptasi pada berbagai sistem tubuh. Oleh karena itu sangat rentan terhadap berbagai masalah kesehatan.
Ditinjau dari perkembangan dan pertumbuhan bayi merupakan periode yang paling kritis, pemberian air susu ibu (ASI) dalam rangka menurunkan angka kematian oleh diare. Pencegahan terhadap infeksi, pemantauan kenaikan berat badan dan stimulasi psikologis merupakan tugas pokok bagi pemantau kesehatan bayi dan anak.  Oleh karena itu asuhan yang adekuat dan menyeluruh perlu dilakukan guna memberikan penanganan pada kasus yang ada pada bayi sehingga dapat mengatasi masalah yang ada.
4.2  Saran
1.      Bagi Mahasiswa
Hendaknya mampu menerapkan pengetahuan yang diterima di bangku kuliah dengan kasus yang ditemui di lapangan sehingga dapat memberikan asuhan yang menyeluruh pada klien.
2.      Bagi Lahan Praktek
Hendaknya lebih meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kepada klien agar terpenuhi pelayanan yang sesuai kebutuhan klien dan terjadi peningkatan cakupan pelayanan.




DAFTAR PUSTAKA


Depkes, RI. 2009. Pedoman Asuhan Byi Baru Lahir Terpadu. Jakarta: Depkes RI
Prawirohardjo, Sarwono. 2009Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Universitas Padjadjaran. 2005Asuhan Bayi Baru Lahir. Bandung. Universitas Padjadjaran



thanks for read!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!