Jumat, 27 Desember 2013

wasiat kyaiQ


Wasiat al Marhum KHR As’ad Syamsul Arifin

Disampaikan dalam acara rapat rutin Pengasuh dengan para Ketua Kamar.
di Auditorium Putra 06 Juli 2006
No

Tgl
Wasiat
1.      
23-09-78
Cari guru yang ala ahlussunnah wal jama’ah
2.      
28-04-81
Santri yang keluar dari NU kelak di akhirat tidak akan berkumpul dengan saya
3.      
05-01-83
Memakai kopyah itu barokahnya untuk segala kondisi dan situasi
4.      
27-01-83
Rawatibul Haddad itu sama dengan doa Sapu Jagad, menjadi penopang Ilmu, Rizqi dan lain-lain. “Santri Sukorejo eksist sampai sekarang itu barokahnya Haddad”
5.      
30-01-83
Santri yang akan pulang kerumah yang mampu menjadi Ulama’ dan memiliki Pesantren harus ‘Alim, Dekat kepada Allah, Rasul serta dekat kepada masyarakat (kuat tapa dan riadlah)
6.      
28-07-84
Santri yang akan kawin kurang 5 bulan harus konsultasi ke Pengasuh untuk dibekali skill dan kemampuan yang lain
7.      
06-08-84
·        Orang yang tidak akan diangkat derajadnya, maka tidak akan di uji.
·        Ketika hendak tidur saya adzan 3X dan Iqamah 3X
·        Santri dilarang menitip uang diluar pesantren (tetangga) dan sebaliknya (dilarang meminjamkan)
·        Santri harus hafal Haddad
·        Santri yang pulang / berhenti sebisa mungkin untuk membuka cabang pendidikan pesantren
·        Sambungkan hati kepada Allah, itu membuka pintu karomah
·        Saya setuju, nama-nama daerah asrama menggunakan nama-nama sunan, namun harus sesuai dengan orangnya
8.      
19-02-85
Kopyah itu tanda salaf, santri yang tidak berkopyah itu kurang ajar
9.      
12-07-85
·           Santri tidak boleh membuat jeding di tetangga
10.  
17-08-85
·           Olah raganya santri, ya tahajjud itu!!!!
·           Santri yang saya doakan itu adalah yang ada di pondok, yang di luar itu bukan tanggung jawab saya dan pengurus
·           Santri dilarang “bu obuan
11.  
18-09-85
Saya ingin santri pejabat tapi yang waliyullah
12.  
Okt 1985
Santri yang ingin ilmu barokah, gerak hatinya harus baik, ta’dzim kepada kitab dan gurunya
13.  
15-10-85
Ilmu yang nafi’, manfaat dan barokah ; setiap hari membaca al qur’an, fatihah ke orang tua dan guru
14.  
17-03-87
Santri yang akan pulang kawin harus pamit / ijin ke Kiai
15.  
13-06-87
Santri harus taat, kalau tidak taat di pulangkan saja
16.  
18-10-87
Santri yang tidak taat, di keluarkan
17.  
04-06-88
Istiqomah jama’ah
18.  
19-06-88
Pakaian yang sudah tidak terpakai, di cuci dan dibawa pulang, jangan di bagi-bagikan di pondok
19.  
10-06-89
Santri putra dan putri mutlak dipisah, kecuali darurat
20.  
11-10-89
·           Kiainya kalian yang pertama adalah yang pertama mengajari kalian alif ba’ ta’.
·           Santri yang pendiriannnya tidak sama dengan saya, maka saya tidak bertannggung jawab kelak di hadapan Allah.
·           Guru yang mengajar di niatkan untuk : menyebarkan ilmu, apabila mendapatkan HR diniatkan untuk menafkahi keluarga
21.  
02-09-81
Ajarkan kitab-kitab yang salaf dan bahasa-bahasa yang di perlukan
22.  
24-09-81
·        Kalian tetap niat sebagai santri
·        Kepala kamar yang tidak ada anak buahnya, diganti saja.
23.  
07-02-82
Menjelang haul membaca al Qur’an dan surat al Ikhlas
24.  
16-11-83
Pesantren harus menjadi contoh bagi pondok lain (kebersihan dan ketertiban)
25.  
06-08-84
Tempat kos yang membantu santri untuk tidak taat terhadap aturan pesantren, ditutup saja
26.  

Tujuh belas agustus itu tidak ada libur (membaca haddad dan mengenang pahlawan yang gugur)
27.  
06-09-84
Santri sakit parah dipulanngkan saja biar tidak mengganggu anak kamar yang lain
28.  
19-02-85
Pesantren ini salaf, ilmu-ilmu yang diajarkan adalah yang di ridlai Allah
29.  
18-09-85
Pesantren sekarang, yang modern itu tidak ada barokahnya
30.  
23-06-87
Kepala kamar harus bisa membaca al Qur’an, tauhid, fiqh, nahw, sharraf.
31.  
12-07-87
Santri yang membuat bangunan harus melapor  ke kiai
32.  
21-11-87
Haul itu untuk pengasuh dan semua yang membantu pesantren (haul majmu’)
33.  
15-01-88
Kepala kamar harus sabar, tidak hanya mengajar tetapi sekaligus jadi murabbi
34.  
04-06-88
·           Santri baca munjiyat, taubat, kahfi
·           Sejarah kalau mau ditulis setelah orangnya meninggal. Itulah cara ulama’ salafussoleh
35.  
19-06-88
Santri yang tidak bisa dibina wajib dipulangkan
36.  
26-07-89
Orang yang bisa jadi pemimpin adalah : tidak hasud, suka mengalah dengan cara yang baik, ikhlas dan lain-lain
37.  
11-10-89
Cari jabatan yang tidak ada pensiunnya
38.  
31-05-89
·           Mondok, tetapi diluaran itu tidak boleh
·           Mengangkat seorang guru, perhatikan moralitasnya
·           Sandal / alas kaki jangan naik ke lantai
·           Test al Qur’an, persaratan utama kenaikan kelas


Di acara temu alumni santri Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur (hari rabu, 30/11/2011), KH. Raden Fawaid As'ad Syamsul Arifin mengingatkan agar alumni tetap memegang teguh 3 wasiat KH Raden As'ad Syamsul Arifin (sebagai Pendiri Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah, Sukorejo Asembagus, Situbondo).

Wasiatnya sebagai berikuti : 1. Berjuang dalam Nahdlatul Ulama (NU), 2. Membantu pendidikan generasi, 3. Peduli dengan persoalan ekonomi masyarakat.

Lebih lanjut KH. Raden Fawaid As'ad Syamsul Arifin, menyatakan alumni wajib mengikuti Kyai, termasuk dalam pilihan politiknya.

"Siapa bilang Kyai-kyai tidak boleh berpolitik, Nabi Muhammad SAW, Khulafa'urrsyidin dan penerus-penerusnya hingga Kyai As'ad pun berpolitik,"katanya.

"Kalau kyai hanya mengurusi santri alias tidak berpolitik, maka klita hanya bisa dipengaruhi saja dan tidak akan mampu mempengaruhi mereka yang bermain politik, makanya kita harus menjadi pemain politik,"paparnya. (bst)

WASIAT KIAI AS'AD
Pengurus-Alumni Harus Saling Mengisi

“Saya sangat mengharapkan, agar pengurus pesantren dan para alumni selalu saling melengkapi --khususnya tentang pemeliharaan akhlakul karimah-- baik di dalam pesantren apalagi di luar pesantren. Mengapa saya menekankan hal ini? Karena para alumni masa belajar di pondok ini tidak sama! Ada yang baru dua tahun berhenti, ada yang tiga tahun dan sebagainya. Demikian juga tingkat pendidikan tidak sama. Ada yang baru Ibtida'iyah, Tsanawiyah, Aliyah atau bahkan sudah kuliah.
Karena itu, pengetahuan mereka tentu berbeda. Terutama pengetahuan mereka mengenai kepesantrenan. Apalagi bila seorang santri telah meninggalkan pesantren, ia lupa tradisi pesantren, kecuali mereka yang sering berkunjung ke pesantren ini. Kalian diharapkan saling melengkapi, saling mengisi kekurangan yang satu dengan yang lain…”

Demikianlah pesan KHR. As’ad Syamsul Arifin kepada para alumni Pondok Sukorejo, sebagaimana dalam buku “Percik-percik Pemikiran Kiai Salaf”. Walaupun peran alumni dan pengurus pesantren berbeda --karena perbedaan posisi dan keberadaan-- tapi mereka harus saling mengisi. Ibarat seekor burung, alumni dan pengurus pesantren merupakan kedua sayap. Seekor burung akan bisa terbang tinggi bila kedua sayap tersebut berjalan seiring sekata.
Nah, untuk mempererat jalinan alumni dan pengurus pesantren, maka dibentuklah Ikatan Santri Alumni Salafiyah Syafi’iyah (Iksass). Iksass berfungsi sebagai wadah silaturrahim alumni dan pengurus pesantren. Dan pada malam Ahad ini, terdapat momen besar bagi alumni. Yaitu reuni alumni dan pelantikan pengurus Iksass. Selamat melaksanakan Reuni Alumni.

Membaca Al-Qur’an

“Saya berharap, kalian bisa membaca Al-Qur’an dengan baik. Mengapa? Agar di dada kalian terdapat Al-Qur’an. Sebab salah satu tanda orang yang benar-benar beriman adalah di dadanya terdapat Al-Qur’an. Lantas bagaimana jika di dada kalian tidak terdapat Al-Qur’an? Apakah kalian benar-benar dikatakan beriman?”

Begitulah dawuh Kiai As’ad, sebagaimana dalam buku ”Percik-percik Pemikiran Kiai Salaf”. Memang ibadah yang paling utama adalah membaca Al-Qur’an. Karena itu marilah kita memperbanyak membaca Al-Qur’an, baik sendirian maupun berjamaah. Kanjeng Nabi pernah bersabda bahwa; tatkala terdapat jamaah yang berkumpul di suatu tempat, di rumah Allah (masjid dan mushalla) seyogyanya membaca Al-Qur’an dan mengadakan tadzarus --bergantian membaca; yang satu membaca sedang yang lainnya mendengarkan atau membetulkan bacaan Al-Qur’an, atau yang satu mengungkapkan maknanya sedangkan yang lain mendengarkan-- maka jamaah tersebut akan memperoleh ketenangan, mendapat rahmat yang berlimpah, akan dido’akan para malaikat, dan jamaah itu selalu disebut-sebut dan digolongkan kepada kalangan malaikat muqarrabin, malaikat yang dekat kepada Allah.
Marilah kita buka kembali Al-Qur’an. Kita renungi maknanya dan kita amalkan isinya. Bukankah membaca Al-Qur’an sambil merenungi isinya termasuk obat penawar hati yang sedang resah? Marilah di kala kesibukan kita, kita luangkan waktu barang sepuluh menit untuk membaca Al-Qur’an. Akankah kita relakan jiwa kita tetap gelap tanpa siraman cahaya Ilahi, walau beberapa menit? (syamsul a hasan)

Pentingnya Tauhid

”Segala ilmu, yang sebelumnya tidak dijiwai ketauhidan, jangan diharap memuaskan hasilnya. Segala ilmu yang hinggap ke lubuk hati seseorang yang kosong tauhidnya, ilmu tersebut malah bisa mencelakakan orang tersebut. Namun kalau tauhidnya sudah melekat, ilmu tersebut akan bermanfaat dan barokah.”

Demikian, wasiat Kiai As’ad sebagaimana dalam buku ”Percik-percik Kiai Salaf”. Kiai As'ad menilai, kenakalan dan kebrutalan para pelajar disebabkan karena sistem pendidikan yang keliru. Pelajaran agama yang diterapkan di sekolah amat minim. Karena itu, jiwa mereka amat gersang. Ilmu tauhid, tidak terpatri di hati mereka. Padahal tauhid merupakan pondasi segala sesuatu. Dengan tauhid, seseorang tidak akan mudah goyah dan tertipu ekstasi keduniawian. (syamsul a hasan)